Analisis dampak resiko bencana di Yogyakarta

Yogyakarta yang terletak di daerah jawa tengah ini memiliki gunung berapi yang aktif Bernama gunung Merapi, Secara garis besar, sejarah geologi Gunung Merapi terbagi empat periode yakni Pra merapi. merapi Tua, Merapi Muda dan Merapi Baru. Pra Merapi dimulai sejak sekitar 700.000 tahun lalu yang menyisakan jejak Gunung Bibi (2025 m dpl) di lereng timur Laut Gunung Merapi. Gunung Bibi memiliki lava yang bersifat basaltic andesit. Periode kedua, periode Merapi Tua menyisakan bukit Turgo dan Plawangan yang telah berumur antara 60.000 sampai 8.000 tahun. Saat ini kedua bukit tersebut mendominasi morfologi lereng selatan Gunung Merapi.

Salah satu resiko yang ada di kota Yogyakarta yakni berupa bencana alam gunung Meletus, seperti yang terjadi Letusan besar Gunung Merapi terjadi pada 26 Oktober 2010. Pada pukul 17.02 WIB, terjadi letusan pertama yang bersifak eksplosif disertai dengan awan panas dan dentuman. Letusan bersifat eksplosif juga terjadi pada 29-30 Oktober 2010. Antara 3-4 November 2010 menunjukkan proses pertumbuhan kubah lava yang mencapai volume 3.5 juta m3. Penghancuran kubah lava menghasilkan aliran awan panas hingga sejauh 15 km dari puncak Gunung Merapi ke arah Kali Gendol. BNPB mencatat korban jiwa akibat erupsi Gunung Merapi 2010 sebanyak 347 Orang. Korban terbanyak berada di Kabupaten Sleman yaitu 246 jiwa. Menyusul Kabupaten Magelang 52 jiwa, Klaten 29 jiwa, dan Boyolali 10 jiwa. Sedangkan pengungsi mencapai 410.388 Orang.

Dampak terbesar dari adanya letusan gunung Merapi ini selain pada kerugian material karena kerusakan dan hilangnya harta benda bahkan nyawa yaitu pada sector pariwisata,  Kegiatan sejumlah titik pariwisata utama di kabupaten Sleman seperti Cangkringan, Pakem, dan Turi berhenti total. Kerugian tidak pada kerusakan lingkungan dan bangunan, lumpuhnya infrastruktur ekonomi di tiga kecamatan dan Daerah Istimewa Yogyakarta secara umum sangat terasa

Pemerintah dan lembaga terkait di Yogyakarta telah melakukan upaya mitigasi dan penanggulangan bencana, seperti membangun sistem peringatan dini, melaksanakan latihan evakuasi, dan meningkatkan kesadaran masyarakat tentang risiko bencana. Penting bagi penduduk Yogyakarta untuk selalu waspada, mengikuti petunjuk resmi, dan berpartisipasi dalam upaya mitigasi untuk mengurangi dampak dari risiko bencana yang ada.

Tinggalkan komentar

Rancang situs seperti ini dengan WordPress.com
Mulai