Senin, 16 januari 2023 pukul 13.50 bus yang menampung lebih dari 100 Mahasiswa Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial berangkat menuju perjalanannya ke Baduy, Banten. Dalam perjalanan menuju Jawa Barat, kami mengalami sedikit kedala karena ada beberapa kerusakan pada bus. Selanjutnya kami makan malam di restoran pring sewu untuk sekalian melaksanakan kewajiban beribadah, pada Pukul 23.39 kami memasuki tol Cikampek, saya duduk di bagian kanan sambil menahan kantuk yang ada untuk dapat menikmati kerlap kelipnya cahaya lampu kota yang terkenal dengan kemajemukannya ini, kota yang tak pernah tidur karena aktifivitas masyarakatnya yang tak pernah berhenti, jakarta. Gedung tinggi dengan berbagai fasilitasnya seperti perkantoran, hotel, rumah sakit, mall dan hal yang belum bisa saya temui adalah jalur kereta berkecepetan tinggi yang berada di kanan dan kiri jalan tol yang saya lewati.
Memasuki hari kedua perjalanan ini, kami berhenti di terminal baduy luar untuk bersih-bersih dan sarapan pagi sebelum memasuki kegiatan selanjutnya yaitu tracking untuk masuk ke wilayah baduy dalam. sekitar jam 08.00 kami melanjutkan perjalanan ke daerah baduy luar menggunakan suttle selama kurang lebih 2 jam, yang mana dalam perjalanan tersebut melewati jalan yang berbelok-belok dengan tikungan yang cukup tajam hingga kami sampai di Baduy luar. sesampainya di sana kami telah disambut oleh warga kecil dari baduy dalam yang bekerja sebagai pembawa barang atau bisa disebut porter, banyak anak yang usianya lebih muda dari kami dengan struktur badan yang lebih pendek namun menganai kekuatannya tidak perlu dipertanyakan lagi dalam membawa barang sambil menanjak di medan yang dapat saya katakan sulit. Di hari kedua ini merupakan perjalanan yang cukup berat karena kami harus melewati medan yang asing dengan kurun waktu 2,5 untuk dapat sampai pada tujuan utama, yaitu baduy dalam.
alam yang asri, air yang jernih, udara yang segar menyambut kami setelah perjalanan panjang selama kurang lebih 2,5 jam untuk bisa sampai di Baduy dalam, ada tiga perkampungan yang kami kunjungi dan beristirahat di perkampungan yang paling dalam. saya mendapat kelompok 5 untuk memasuki rumah salah satu warganya, kerap di sapa ayah dan ambu tak lupa juga ada anak kecil bernama narwa yang menyambut kami semua dengan hidangan sederhananya namun sangat nikmat untuk disantap bersama. Menu yang tak terlupakan yakni sambelnya yang khas tanpa menggunakan bumbu penyedap maupun bawang namun tersa gurih dan rasanya tidak pernah tergantikan, bahkan dari aromanya yang khas membuat saya rindu terhadap santapan tersebut, tak terlupakan pula nasi dan lauknya yang menggunakan bumbu sederhananya namun sangat berkesan bagi kami.
Selama 2 hari satu malam kami menetap di baduy dalam, menikmati keindahan alam yang asri dengan lingkungan ramah tamahnya. sangat disayangkan banyak dari warga baduy dalam yang tidak begitu fasih dalam menggunakan bahasa indonesia dan hal tersebut menyebabkan kami kesulitan untuk dapat berkomunikasi, bahasa isyarat sering kami gunakan untuk dapat menunjukkan maksut kami dalam berkomunikasi, namun tak jarang jawaban anggukan yang kami terima sebagai jawaban atas pertanyaan kami. Di hari kedua inilah dengan berat hati kami harus meninggalkan suku baduy dalam untuk melanjutkan perjalanan kami ke perjalanan selanjutnya. tracking yang tidak mudah kami lalui untuk dapat menuju pemberhentian bus. selama 2 jam lagi kami harus mengendarai mobil suttle untuk dapat sampai ke terminal, namun dalam perjalanan kembai, kami mengalami kendala yaitu ban yang bocor sehingga kami harus menunggu terlebih dahulu untuk dapat melanjutkan perjalanan kami. Pada hari keempat setelah kami beristirahat di hotel dan melaksanakan kegiatan penunjang lainnya, kami melanjutkan perjalanan ke kota bandung untuk berkunjung ke KESBANGPOL dan FARM HOUSE sebelum kami pulang ke jogjakarta.
teruntuk ambu, ayah, narwa. terimakasih